Minggu, 29 September 2013

JAMUR TANAH

Jamur Tanah, karena jamur ini tumbuhnya ditanah, maka dinamakan jamur tanah
Jamur Tanah, walaupun musim kering saat ini tetapi nyatanya di kawasan pelestarian buah-buahan langka Barito Hijau, jamur tanah ini muncul kepermukaan tanah, nampaknya jamur warna putih ini masih terus bertambah besar, tampak binatang serangga mengerubuni jamur ini. Mungkin anda tahu nama jamur ini sila komennya.

POHON BERBUNGA


Pohon berbunga
Pohon berbunga ini baru pertama kali kami jumpai di kawasan Pelastarian Buah-buahan Langka Barito Hijau di Mujur desa Bintang Ninggi, Kecamantan Teweh Selatan  Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Sejauh ini kami masih belum tahu nama lokal  lebih-lebih lagi nama Latin kayu ini, yang jelas pohon ini dihiasi dengan bunga yang cukup indah, dikawasan pelestarian ini kami jumpai dua pohon serupa yang juga sama-sama mengeluarkan bunga,
Besar pohon ini sebesar pangkal paha, tinggi kurang lebih sepuluh meter dengan dahan yang landai dan daun yang rimbun. Jika ada diantara teman-teman pembaca yang tahu nama pohon ini, tolong disampaikan kepada kami.

Selasa, 24 September 2013

KAYU ULIN DI KAWASAN CC BARITO HIJAU BERBUAH

Buah Kayu Ulin
Tidak terasa waktu terus berjalan, ternyata kayu ulin yang sebelumnya diharapkan berbuah, kini menjadi kenyataan dari puluhan pohon kayu ulin yang ada dalam kawasan Community Conservation  (CC) milik  Yayasan Barito Hijau salah satunya berbuah, puluhan biji buah ulin tersebut kemarin jatuh ke tanah, ini pertanda upaya yang dilakukan selama ini tidak sia-sia.
Jenis Pohon Pahlawan Putih
Lokasi community Conservation (CC) atau  konservasi yang berbasis masyarakat yang banyak di dalamnya terdapat jenis pohon ulin adalah berlokasi di hulu sungai Trahean, tepatnya di Bayayung. Barito Hijau menjadi kawasan ini sebagai lokasi CC didasarkan pertimbangan ekologi, sosial maupun ekonomi. Pertimbangan ekologi selain di kawasan seluas kurang lebih 50 hektar ini banyak pohon  termasuk kayu ulin dan tanaman langka yang hanya dijumpai di kawasan ini juga kawasan ini merupakan kawasan penangkap air (Water Cats) bagi sungai Trahean dan Bendungan Trahean. Sebanyak 20 orang warga pemilik lahan di kawasan ini menyatakan kesediaan mereka bergabung dalam program CC yang digalakan oleh Barito Hijau.
Pertimbangan sosial, karena lahan kawasan ini umumnya sebagian kawasan ini sudah ditanami jenis pepohonan oleh masyarakat jauh hari sebelum adanaya program CC Barito Hijau, ini berarti masyarakat disini sudah menyadari pentingnya upaya konservasi atau pengelolaan kawasan berkelanjutan, Barito Hijau hanya tinggal menyatukan gerakan bersama mereka dan memberikan informasi  terkini tentang konservasi dan manfaatnya bagi masyarakat.
 Gaharu yang dihasilkan dari kawasan ini


Pertimbangan ekonomi, bahwa umumnya pepohonan yang dilestarikan di kawasan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, baik dari buah-buahannya, maupun dari jasa lingkungan yang dihasilkannya, di kawasan ini terdapat sungai (sungai Trahean dan Bayayung) yang didiami bermacam-macam jenis ikan yang oleh warga dijadikan semacam "kolam bersama", selain itu juga banyak dijumpai pohon karet yang tentunya menghasilkan getah sebagai sumber pendapatan mereka.
Fauna yang kerap dijumpai di kawasan ini adalah ratusan jenis burung, kalawet, beruk, tupai berbagai jenis tupai, kera panjang ekor, berbagai jenis ular, berang-berang dan beraneka ragam serangga.

Senin, 23 September 2013

Pelatihan Fasilitator Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan Yang Dilaksanakan WWF di Palangka Raya

Para Peserta Pelatihan
Sebanyak dua orang aktivis Barito Hijau masing-masing Jonio Suharto dan Salapan Ongking pekan lalu mengikuti Pelatihan Fasilitator  Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan yang diselenggarakan oleh penyusun modul pelatihan tersebut dan difsilitasi oleh WWF Indonesia dan sejumlah NGO lainnya,
Materi pelatihan ini antara lain Pengantar Pembangunan Berkelanjutan oleh Yusurum Jago, Landasan Pemikiran & alur Modul oleh Herry Musthapa dan didiek Surjanto, Refleksi Diri oleh Marko Mahin, Modal Masyarakat oleh Ambu Naptamis, Perubahan dan Kecenderungan oleh Intan, Wajah Pembangunan Kita olehHerry Musthafa, Keterbatasan Daya Dukung Lingkungan oleh Didiek Sujanto, Visi Pembangunan Berkelanjutan oleh Didiek Surjanto dan RPJM Des oleh Helis Sangko. Berikut foto kegiatan pelatihan tersebut.









Sabtu, 14 September 2013

BARITO HIJAU PERJUANGKAN DANAU BUTONG MENJADI KAWASAN KONSERVASI ADAT YANG MEMILIKI STATUS DIAKUI NEGARA

suasana ditengah danau Butong
Yayasan Barito Hijau kini tengah memperjuangkan kawasan Danau Butong dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi adat yang memiliki status hukum yang diakui negara. Sebagaimana
Melintasi hutan rawa menuju Danau Butong
 diketahui, Danau Butong termasuk kawasan Kebun Rotan Sedatunya seluas kurang lebih 1.500 hektar di desa Butong Kecamatan Teweh Selatan, kurang lebih 40 mkm arah selatan dari ibukota kabupaten Barito Utara Muara Teweh secara turun temurun dilindungi oleh adat.
Kondisi demikian akhir-akhir ini dikhawatirkan tidak dapat dipertahankan lagi, kawasan ini kian terancam dengan maraknya perijinan pertambangan dan perkebunan besar sawit yang tidak jauh dari kawasan tersebut, malah kini sudah ada ijin pertambangan batu bara tepat dikawasan ini. Terhadap hal ini masyarakat desa Butong dan Yayasan Barito Hijau telah bersepakat melakukan langkah-langkah memperkuat status konservasi adat tersebut, selain secara bersinergi mengembangkan kawasan ini sebagai kawasan wisata alam (ecotourism). Untuk itu telah ditanda tangani MOu akhir tahun lalu.

Rrawa dan rotan menuju Danau Butong
Selain diharapkan adanya dukungan Pemerintah, Yayasan Barito Hijau dengan jaringan yang dimilikinya akan melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain pemetaan partisipatif, penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat, pelatihan bagi para nelayan dan masih banyak lagi program yang akan dilakukan bersama masyarakat setempat.
Guna pengembangan kawasan ini kedepan agar dapat lebih maju, Yayasan Barito Hijau sudah mengajukan sebuah proposal kepada WWF Indonesia untuk ikut membantu memfasilitasi masyarakat adat desa Butong dalam memperjuangkan status kawasan ini.




Menuju Danau Butong
Barito Hijau mengajak semua pihak untuk menaruh perhatian terhadap kawasan ini, karena kawasan ini memiliki keistimewaan, baik dari aspek ekologi (lingkungan), ekonomi maupun budaya.

Secara ekologi, kawasan Danau Butong merupakan kawasan penangkap air sekaligus penampung air untuk cadangan air sungai Barito bila terjadi musim kemarau, secara reguler air dari empat danau yang ada mengalir ke sungai Barito, sehingga setidaknya memperlambat surutnya perairan di sungai Barito bagian hilirnya. Tidak hanya itu, kawasan Danau Butong juga banyak ditemukan berjenis-jenis ikan khas yang sudah langka serta biota air lainnya, sementara dipermukaan air terdapat ratusan pepohonan, a nggerek berbagai jenis, juga terdapat sejumlah binatang baik jenis burung maupun jenis parimata (orang utan dan berbagai jenis kera).
Tokoh masyarakat, aparat Desa Butong


Bidang budaya, kawasan ini dilindungi berdasarkan kearifan lokal masyarakat adat setempat. Tidak semua orang boleh mengeploitasi Danau tersebut tanpa ijin dari Ketua Adat dan Pemerintah Desa Butong.
Kearifan lokal konservasi demikian perlu dilestarikan, agar kawasan ini dapat lestari hingga ke anak cucu nanti.





Arcun Lumboi (tokoh warga)
Bidang ekonomi, ke empat danau yang terdapat dalam kawasan Danau Butong memiliki potensi perikanan yang luar biasa, baik dengan penangkapan dari alam, maupun budidaya, sehingga telah menjadi salah satu sumber pendapatan para nelayan yang ada disana.
Selain ikan, juga dalam kawasan Danau Butong, terdapat kawasan Kebun Rotan Sedatu yang dimiliki bersama oleh masyarakat desa Butong. Luasnya sekarang kurang lebih 300 hektar dan masih potensial dipertahankan.